BUKU NON FIKSI
“Yuk, Berhijab!”
Bab 1 (Dunia Memandang Wanita)
Nasib
wanita sepanjang sejarah dunia ditinjau dari segi peradaban memang menyedihkan.
Dalam peradaban yunani kuno posisi wanita tak jauh dari sekedar pemuas nafsu
lelaki saja sehingga pelacuran hal yang wajar. Jika dibaca dalam buku dan
mitologi Yunani seringkali dewa-dewa berselingkuh dan gemar berbuat mesum serta
hubungan diluar nikah bahkan Zeus sebagai dewa tertinggi pun melakukan hal yang
sama sehingga menjadi inspirasi bagi lelaki Yunani Kuno pada saat itu.
Peradaban
Romawi pun tak jauh beda, pandangan terhadap wanita tetap sama hanya untuk
dinikmati dan dieksploitasi secara seksual diliat dari hasil karya seninya.
Bahkan, seorang lelaki tidak bersalah jika membunuh istri dan anaknya. Selain
Yunani dan Romawi, di India terdapat tradisi sati, yaitu sebuah prosesi
membakar diri bagi janda yang ditinggal mati suaminya sebagai bagian dari loyalitas.
Bahkan di peradaban Cina Kuno pun seperti itu, wanita hanya diciptakan untuk
melayani lelaki dan tidak berhak menuntut ilmu. Begitu pun dengan Yahudi dan
Nasrani dalam talmud dan alkitabnya.
Saat
Islam bersentuhan dengan budaya Eropa, pemikiran tentang hak asasi mulai
bangkit, kaum wanita menuntut kesetaraan sehingga emansipasi muncul. Namun, hal
itu bukannya berakhir memuliakan wanita, tapi berujung pada penghancuran
martabat wanita sendiri, karena menjauh bahkan mengingkari fitrah. Wanita barat
yang memulai paham ini salah kaprah dan malah menuntut agar wanita dan lelaki
dikompetisikan dalam kekuatan, kekuasaan, uang, dan kebahagiaan lain yang
berstandar materi. Akhirnya muncul ketimpangan, apa pun yang bisa dilakukan
lelaki, atas nama emansipasi, perempuan juga bisa. Seperti jika lelaki merokok,
minum minuman keras, berganti pasangan seks, semua yang selama ini dianggap
monopoli lelaki, maka wanita juga bisa. Padahal pada kenyataannya wanita
dijajah untuk kesekian kalinya. Dengan rela memamerkan lekuk badannya dalam
media hiburan demi ketenaran, sehingga melupakan kewajibannya.
Bab 2 (Pandangan Islam tentang Wanita)
Islam
memandang bahwa kebahagiaan manusia bukan terletak pada harta, takhta, dan
cinta semata tapi terletak pada ridha Allah. Karenanya, baik lelaki maupun
wanita punya kesempatan yang sama untuk meraihnya dengan caranya sendiri,
berlomba dengan jalur pahalanya masing-masing dan bukan beradu dengan pria yang
Allah beri kelebihan berbeda. Islam menempatkan wanita dalam posisi yang sangat
terhormat. Rasulullah menegaskan kehormatan dan kemulian ibu melebihi ayah tiga
kali sebagai pembimbing dan pendidik utama bagi anak. Hanya di agama Islam
wanita mendapatkan pengakuan dan pujian, seperti halnya seperti Rasulullah
memperlakukan istrinya dengan lembut dan penuh kehormatan.
Bila
Islam menjadikan lelaki sebagai pemimpin keluarga, Islam menjadikan wanita
sebagai pemimpin bagi rumahnya. Walau lelaki dilebihkan Allah untuk memimpin
wanita, bukan berarti lelaki dibolehkan bertindak semena-mena. Islam memandang
warna berbeda dengan peradaban dan agama lain. Namun, tentu mengatur masalah
teknis untuk memuliakan wanita. Islam memuliakan wanita dari aturan berpakaian
dengan menutup aurat. Bagaimana wanita dihormati dengan hijab, bukan untuk
mengekang, namun karunia terbaik untuk para wanita.
Bab 3 (Wanita dan Aurat)
Secara
makna syariat, aurat adalah bagian tubuh yang haram dilihat, dan karena itu
harus ditutup. Khusus bagi muslimah, auratnya adalah semua bagian tubuhnya,
kecuali wajah dan telapak tangan, ini adalah batasan aurat wanita dengan lelaki
bukan mahram. Sedangkan batasan aurat wanita dengan lelaki mahram, wanita
mukmin, dan wanita bukan mukmin berbeda. Sedangkan hukum menampakkan aurat di
depan wanita yang non-Muslim, pada dasarnya para ulama berbeda pendapat
mengenai ini. Pendapat kebanyakan ulama tafsir memang melarang wanita Muslimah
untuk menampakkan aurat mereka dihadapan wanita non-Muslim. Maka, dalam kondisi
yang tidak terpaksa, lebih baik Muslimah menutupi auratnya di hadapan wanita
non-Muslim. Yang tidak ada batasan aurat hanya di hadapan suami sendiri. Bagi
wanita, berhijab bukanlah pilihan, melainkan kewajiban dari Allah. Wanita harus
memahami hakikat berhijab dan bagaimana seharusnya berhijab yang sesuai dengan
perintah Allah.
Bab 4 (Menutup Aurat dan Pakaian Syar'i Penutup Aurat)
Menutup
aurat berbeda dengan memakai pakaian syar'i (yang dibenarkan Allah) yang
menutup aurat. Karena untuk keluar rumah, Allah tidak hanya mengharuskan mereka
untuk menutup auratnya, tapi juga mengenakan pakaian syar'i untuk menutup
auratnya. Pakaian syar'i disebut dengan hijab yang terdiri dari tiga komponen,
yaitu pakaian rumah (al-tsaub), kerudung (khimar), dan jilbab.
Islam
telah membagi dua kehidupan wanita, yang pertama kehidupan khusus, yaitu tempat
wanita beraktivitas di dalamnya bersama para mahram dan wanita muslimah lainnya,
seperti di rumah. Allah membolehkan mahram wanita Muslimah itu untuk melihat
bagian tubuh wanita sampai batas tempat melekat perhiasannya, seperti leher,
pergelangan tangan, ataupun pergelangan kaki (yang menjadi anggota wudhu).
Artinya wanita muslimah tidak perlu menutup aurat dengan pakaian lengkapnya
sebagaimana keluar rumah, cukup memakai pakaian rumah (al-tsaub), kecuali
terdapat lelaki asing (non mahram) maka wanita muslimah wajib mengenakan
pakaian yang menutup semua aurat ditambah dengan kain kerudung (khimar) yang
menutupi kepala hingga batas dadanya.
Yang
kedua adalah kehidupan umum, yaitu tempat-tempat umum ketika wanita Muslimah
bertemu dan berinteraksi dengan lelaki asing (non mahram). Pada kehidupan ini
wanita diisyaratkan mengenakan pakaian tambahan, jilbab untuk menutup auratnya.
Menurut HR Al-Bukhari Muslim, jilbab adalah pakaian luar, pakaian rangkap yang
dipakai seorang Muslimah saat keluar rumah. Jika menurut pengelompokan
pendapat-pendapat ulama secara garis besar maka didaptakan dua pengertian.
Pertama, jilbab adalah pakaian rangkap yang menuupi khimar dan baju rumah (khimar
yang ukurannya lebih besar). Kedua, jilbab adalah pakaian rangkap yang menutupi
tubuh bagian bawah selain kepala (baju kurung atau daster). Panjang jilbab
harus hingga menutupi telapak kaki dan memakai kaus kaki agar aurat tertutup
dengan sempurna. Jadi, pakaian syar’i penutup aurat (hijab) yaitu, pakaian
rumah (al-tsaub) yang dirangkapkan jilbab diatasnya, dan dilengkapi khimar hingga
batas dadanya.
Bab 5 (Berpakaian tetapi Telanjang)
Dalam kutipan HR Muslim disebutkan para
wanita yang berpakaian tetapi telanjang, berlenggak-lenggok, dan kepala mereka
seperti punuk unta yang miring akan dicambuk dan tidak akan masuk surga. Imam
Al-Nawawi dalam Syarh Muslim menjelaskan makna ”berpakaian tapi telajang”
dengan beberapa maksud, ada yang bermakna hakiki dan esensi. Namun, keduanya
benar dan haru dihindari. Umumnya semua ulama menyepakati bahwa maknanya adalah
memakai pakaian tipis atau menyingkap sebagian aurat. Sedangkan kata
“berlenggak-lenggok” di dalam hadis itu adalah wanita yang tidak menjaga
kehormatan dan kemaluan mereka, yaitu dengan berjalan menggoyangkan pundak
mereka hingga diperhatikan lelaki (cenderung suka dengan perhatian lelaki) dan
tingkahnya ditujukan untuk menggoda lelaki. Adapun kalimat “kepala mereka bagaikan
punuk unta yang miring” yaitu bermakna Muslimah yang menggelung atau menumpuk
rambutnya keatas hingga terlihat seperti punuk unta, atau Muslimah yang
mengenakan kain tambahan hingga terlihat menonjol. Maka Muslimah seharusnya
tidak menggelung rambutnya keatas lebih baik gelung kebawah atau membiarkan
rambut tergerai dan memanjangkan khimar.
Bab 6 (Tabarruj)
Dalam arti yang lebih luas, hijab
bukan hanya pakaian semata, tapi dapat dimaknai sebagai cara Muslimah
menampakkan diri di depan public atau identitas Muslimah. Berdasarkan QS Al-Nur
ayat 31, menurut pendapat Ibnu Katsir, bagian dari hijab pula bahwa wanita
diharuskan menjaga pandangannya dari sesuatu yang tidak halal baginya, dan
menjaga kemaluannya dari berzina. Perintah yang sama juga Allah berikan kepada
lelaki. Karenanya, Muslimah juga dilarang mendandani diri dengan pakaian
ataupun berhias dengan sesuatu yang dapat menarik perhatian lelaki. Syariat
menyebut perilaku semisal ini dengan nama tabarruj (berhias yang berlebihan).
Tabarruj adalah segala perbuatan wanita yang menarik perhatian lelaki, baik
diniatkan atapun tidak. Karena itu, tabarruj biasa terjadi dengan dandanan
wajah, menggunakan parfum, pakaian yang bercorak mentereng, bertingkah genit,
menggoda lelaki dengan ucapan atau gaya jalan, dan hijab yang tidak sempurna.
Bab 7 (Hijab bukan Perhiasan)
Hijab ditujukkan untuk menutupi
perhiasan wanita dan melindungi keindahannya, bukan justru menjadi perhiasan
baru atau pengganti keindahan. Karenanya, kerudung bukanlah pengganti keindahan
rambut hingga dibentuk menyerupai rambut dan kerudung yang dibentuk segala rupa
untuk mendapatkan perhatian. Karenanya, jilbab bukan pengganti kemolekan tubuh,
yang ketat, lalu menampakkan lekuk badan dengan model serta warna yang
ditujukkan untuk mendapat perhatian. Rasulullah mengingatkan lelaki dan wanita
yang beriman kepada Allah untuk menjauhkan diri dari berpakaian guna mengejar
popularitas atau hingga ia menjadi perhatian yang lainnya, atau berpakaian yang
tidak lazim. Hijab bukanlah sebuah tren fashion yang modenya disesuaikan dengan
zaman dan keinginan, yang harus dibuat rumit sehingga menyulitkan untuk
memakainya, seharusnya hijab itu simple
dan memudahkan. Jadi,hakikat jilbab adalah melindungi keindahan wanita hingga
ia tidak menjadi perhatian lelaki.
Bab 8 (Kata Orang)
Jika Muslimah menanggalkan hijabnya
karena pendapat orang lain tentang dirinya itu adalah hal yang tidak
seharusnya. Padahal nanti ketika di akhirat mereka berlepas diri untuk
bertanggung jawab, meninggalkan kita dalam kesendirian tanggung jawab, karena mereka
sudah sibuk dengan pertanggung jawaban mereka sendiri. Dan biasanya yang
mengatakan hal tersebut juga tidak berhijab sehingga dia menghasut yang lain
agar mendapat teman, hingga seolah apa yang dia lakukan adalah benar karena
banyak pendukungnya. Tiada usai bila kita mendengarkan manusia tentang apa yang
harus kita lakukan pada diri kita. Ucapan yang paling sesuai bagi kita tentu
dari Pencipta, karena Dia yang tentukan neraka atau surga.
Bab 9 (Behijablah dan Taatlah)
Tidak jarang kita menemukan komentar
miring mengenai Muslimah yang berhijab, biasanya menyandingkan hijab dengan
kemaksiatan yang masih dilakukan. Perlu disampaikan bahwa hijab bukanlah
pernyataan “aku sudah baik” atau “aku tiada dosa” jika seperti itu tiada satu
pun Muslimah yang layak mengenakannya, hijab sederhana hanya pernyataan “aku
ingin taat”. Hijab adalah sebuah usaha Muslimah untuk menjauhi maksiat,
pengingat bagi diri untuk senantiasa menjauhi dosa. Jangan menyalahkan hijab
atas kemaksiatan yang masih melekat karena tiada korelasinya sama sekali. Hijab
adalah satu kewajiban, sementara menjauhi maksiat adalah kewajiban yang
lainnya. Bila ada yang beralasan hijab hati dahulu, jangan dijadikan pembenaran
karena Allah dan Rasul-Nya tidak pernah memerintahkan untuk menghijab hati. Menghijab
hati itu abstrak, tidak ada indikasinya sama sekali. Kalaupun alasannya
memperbaiki hati dulu baru berhijab, perlu kita sampaikan bahwa berhijab itu
adaah salah satu perbaikan hati, sehingga seharusnya tiada alasan untuk menunda
berhijab.
Pertanyaan :
- Judul buku: Yuk, Berhijab!
Tema
buku: Religi
- Bidang ilmunya adalah ilmu Agama
- Iya
- Mudah, karena beruntut sebelumnya dijelaskan
terlebih dahulu bagaimana pandangan dunia mengenai wanita dari peradaban
ke peradaban hingga bagaimana Islam memandang wanita
- Ya bahasanya mudah dipahami, karena menggunakan
bahasa kekinian sehingga tidak bosan dan mudah dipahami oleh berbagai
kalangan
- Penulis membuka tulisan dengan satu pertanyaan
mendasar yang menarik lalu mengulas sedikit pembahasannya untuk
selanjutnya masuk ke topik utama pembahasan. Lalu penulis mengakhiri
tulisannya dengan penulisan dialog menarik seputar topik yang terakhir
dibahas.
BUKU FIKSI
“Pulang”
Sebuah kisah tentang perjalanan
pulang, melalui pertarungan demi pertarungan, untuk memeluk erat semua
kebencian dan rasa sakit sehingga pulang merupakan jalan yang terbaik. Berawal
ketika Bujang berusia 15 tahun, seorang pemburu babi hutan yaitu Tauke Muda
yang merupakan teman lama Bapak datang untuk berburu sekaligus menjemput Bujang
agar ikut untuk belajar dan tinggal di Kota Provinsi. Hari itu adalah hari
dimana semua rasa takut hilang dalam diri Bujang, ketika Bujang berhasil
melawan Babi Hutan raksasa yang berada di pedalaman hutan rimba Sumatra,
sehingga akhirnya Bujang mendapat julukan si Babi Hutan. Hari itu pun, hari
ketika Bujang tahu bahwa Bapaknya adalah jagal nomor satu Keluarga Tong dan
kakeknya adalah seorang jagal mahsyur pula.
Tiba di Kota Provinsi, Bujang akhirnya tahu bahwa Tauke Muda
adalah anak dari Tauke Besar yang telah wafat, maka kini ialah yang menjadi
Tauke Besar seorang pemimpin shadow
economy di Kota Provinsi dan Bujang pun mendapat teman dekat bernama Basyir
yang kamarnya berada di sebelah kamar Bujang. Bujang ternyata adalah anak yang
pandai sehingga Tauke Besar ingin Bujang belajar dengan Frans mengejar
ketertinggalannya, namun Bujang tidak ingin belajar. Tetapi karena ia hanya
berhasil bertahan 19 menit pada amok maka ia harus mengikuti keinginan Tauke.
Namun, Kopong berhasil membujuk Tauke agar mengizinkan Bujang untuk berlatih
ketika malam dan pagi hingga siang untuk sekolah. Berbulan-bulan Bujang hanya
berlatih berlari bolak-balik sampai kakinya melepuh. Enam bulan kemudian barulah
ia dilatih tinju. Suatu hari Bujang berhasil mengalahkan kopong yang berarti
Bujang membutuhkan guru baru dan seminggu kemudian Kopong membawa Guru Bushi.
Bujang belajar menggunakan pedang hingga melempar shuriken. Meskipun begitu, ia
tidak pernah ikut satupun pertempuran. Setelah lama tinggal bersama keluarga
Tong, akhirnya Bujang menyadari betapa mahalnya perebutan kekuasaan. Nyawa pun
tidak jarang menjadi korban. Setiap nama yang gugur akan diabadikan di dinding
pualam sebagai penghormatan. Satu tahun tinggal di kota, Bujang berhasil
mendapatkan ijazah persamaan SD dan SMP dengan nilai yang sempurna.
Kebahagiaan datang saat dirinya resmi menjadi tukang pukul seperti
Bapak. Keberhasilan itu terjadi ketika Bujang menemani Tauke Besar untuk
menjadi pengawal dalam menyelesaikan suatu masalah dan dia berhasil melindungi
Tauke Besar dari serangan mendadak. Selanjutnya Bujang
mendapat guru baru bernama Salonga. Bujang belajar menembak. Tidak mudah untuk
menjadi seorang penembak jitu. Tidak terhitung berapa kali ia gagal dan dikatai
bodoh oleh Salonga. Namun Bujang tidak pernah putus asa. Lagi-lagi Bujang
mengalahkan gurunya. Setelah lama berlatih dan berusaha keras akhirnya Bujang
berhasil menembak Salonga lebih dulu. Dan itu berarti selesai sudah berguru dengan
Salonga. Sebelum akhirnya Salonga pergi, Bujang mendapat hadiah pistol colt dari Salonga.
Bujang berhasil lulus dari Universitas saat ia berumur 22 tahun.
Namun, kebahagiaan itu hilang sekejap tak berbekas. Bujang mendapat surat duka
dari Bapak yang memberitahukan bahwa Mamak telah tiada. Hatinya bagai diiris
sembilu, menangis dalam senyap, terisak tanpa suara. Kepergian Mamak mengambil separuh semangat hidupnya. Suatu hari, Bujang
mendapat kabar bahwa Guru Bushi mengundang Bujang ke Tokyo untuk menyelesaikan
latihannya. Dengan perjanjian, setelah selesai, Bujang harus kembali dan
berangkat ke Amerika untuk melanjutkan sekolahnya. Kabar itu cukup membuat
Bujang mendapat semangatnya kembali.
Peristiwa yang sama terjadi ketika Bujang berhasil menyelesaikan
pendidikannya dan memperoleh gelar master. Kepulangan Bujang disambut bahagia
dan bangga oleh Tauke Besar. Tauke Besar mengadakan jamuan makan malam untuk
merayakan keberhasilan. Namun kabar duka lagi-lagi menghampiri kebahagiaannya.
Kabar duka datang dari Bapak. Isi suratnya memberi tahu Bujang bahwa Bapak
telah tiada. Lagi-lagi kabar kematian Bapak
menghilangkan semangat Bujang. Setiap kali Bujang mendengar adzan shubuh,
hatinya gelisah. Semakin lama fisiknya semakin lemah, Bujang sakit parah,
segera mendapatkan pertolongan dan berangsur sembuh. Semangatnya menjadi tukang
pukul kembali. Beberapa tahun kemudian, Bujang sedang melanglang buana kebanyak
tempat. Berkat Kopong yang menceritakan apapun tentang Bapak dan Mamak, Bujang
semakin tahu masa lalu kedua orang tuanya.
Suatu hari, sebelum keluarga Tong pindah ke ibu kota, keluarga
Tong mendapat serangan mendadak oleh kelompok Arab dari pabrik tekstil. Tak ada
satupun tukang pukul di rumah. Pertahanan Tauke besar terkalahkan. Tauke besar
kehabisan amunisi ketika menyerang mereka, terdesak. Namun kesempatan itu
digunakan Bujang untuk membuktikan bahwa ia pantas menjadi tukang pukul dan
peristiwa itu sekaligus pengalaman pertama Bujang merasakan bagaimana rasanya
membunuh.
Ketiga, sewaktu Bujang telah berlatih tiba-tiba Tauke mengajaknya
ke Hong Kong untuk menemui kepala keluarga penguasa China daratan, Master
Dragon, Shang namanya. Ketika Tauke sedang menjelaskan masalah sebenarnya,
tiba-tiba tukang pukul Shang menyerang Tauke Besar. Bujang lah yang maju, dia
sudah siap sejak awal. Bujang berhasil mengalahkan mereka.
Peristiwa terakhir yang paling menegangkan yaitu ketika
pengkhianatan datang dari anggota keluarga Tong sendiri. Basyir selama ini
ternyata telah merencanakan serangan besar untuk merebut kekuasaan keluarga
Tong. Peristiwa ini berawal ketika Basyir berkata kepada Bujang bahwa Tauke
Besar meminta bujang segera pulang. Sesampainya di rumah, ternyata Tauke tidak
sedang menunggu Bujang ataupun meminta ia segera pulang. Tauke Besar bahkan
tidak tahu kalau Bujang menyadari yang terjadi saat ini bukan ancaman serangan,
tapi ini adalah pengkhianatan balas dendam. Langsung saja Bujang memberitahukan
Joni untuk segera menekan tombol darurat, mengaktifkan pertahanan bangunan
utama. Basyir berkhianat, dia sengaja membuat Bujang, Parwez, dan Tauke berada
dirumah.
Tidak butuh waktu lama setelah alarm darurat berbunyi, tanda-tanda
serangan mulai terdengar. Anggota Brigade Tong berusaha menyerang terlebih
dahulu sebelum Basyir tiba di markas. Prinsip Bujang hanya satu, bertahan
selama mungkin. Saat anggota Brigade Tong mulai terdesak, tiba-tiba Basyir
muncul dari balik dinding. Ternyata Basyir bekerja sama dengan putra tertua
keluarga Lin. Awalnya Basyir mampu mengalahkan Bujang, menawarkan agar Bujang
menyerah saja tapi Bujang tetap bersikeras sampai akhirnya Basyir menyerang
kembali dengan khanjar-nya. Serangan itu membuat tubuh Bujang terpelanting
mendarat di ranjang Tauke Besar. Saat itu juga Tauke menekan tombol darurat
terakhir. Lantai dibawah tempat tidur merekah, ranjang pun meluncur. Sedetik
kemudian lantai merapat kembali. Itu jalur darurat yang disiapkan Kopong. Hanya
Tauke Besar dan Kopong yang tahu.
Bujang, Tauke, dan Parwez melewati lorong evakuasi yang tersambung
di halaman sebuah rumah, itu adalah rumah Tuanku Imam, kakak tertua dari mamak
Bujang. Beliau membawa rombongan ke tempatnya. Tauke Besar gugur saat itu juga
dan di kebumikan dengan nama alias. Seperti yang sudah-sudah Bujang kembali
terpuruk karena kematian. Kini ia tidak punya siap-siapa lagi. Semenjak selama
itu Bujang semakin benci dengan suara adzan, ia akan resah setiap ada adzan
shubuh. Suatu ketika Tuanku Imam melihatnya. Tuanku Imam mengajak Bujang ke
sebuah menara tinggi melihat pemandangan dari atas. Di tempat itulah Bujang
mendapat jawaban dari pertanyaannya selama ini. Tuanku Imam banyak menjelaskan
sesuatu membuat semangat bujang kembali lagi dan segera menyusun serangan balik
kepada Basyir. Bujang mengumpulkan orang-orang yang masih setia kepadanya.
Rencana Bujang berjalan mulus sampai hari yang sudah ditentukan. Bujang
kewalahan karena dia kalah jumlah dengan orang-orang yang mengabdi pada Basyir.
Saat Bujang mulai terdesak, Bujang merasakan tubuhnya bertransformasi. Dua
khanjar milik Basyir melesat, sekejap tubuh Bujang seperti menghilang. Basyir
semakin geram. Pasukan Salonga yang sudah ditunggu-tunggu muncul dengan
kekuatan penuh. Meskipun Basyir tidak mau mengalah, dia tetap kalah. Saat itu
juga pertarungan selesai. Basyir dan Tuan Muda Lin dibiarkan pergi dengan aman.
Keluarga Tong menang.
Akhirnya, empat minggu setelah perang Bujang memutuskan menjenguk
pusara Mamak dan Bapak di Talang. Mengunjungi bekas rumahnya. Bujang pulang,
tapi tidak pulang ke pangkuan Mamak. Bujang pulang kepada panggilan Tuhan.
Panggilan Tuhan untuk hidup kembali ke jalan-Nya.
Pertanyaan :
Ya ada
keunikan dalam pengembangan judul dan temanya yaitu dikembangan dengan menarik
dan tidak terduga. Selain itu cerita yang dikembangkan berbobot, maksudnya
tidak receh dan mengandung pelajaran kehidupan.
- Untuk latar waktu, karena alur ceritanya campuran
yaitu maju dan mundur maka latar waktu dikembangkan setiap perpindahan
alurnya dan juga ketika peristiwa demi peristiwa terjadi. Untuk latar
tempat, digambarkan dengan detail sehingga pembaca dapat membayangkan
bagaimana tempat kejadiannya. Untuk latar suasana, disampaikan dengan
penggambaran suasana hati tokoh sehingga sangat terasa bagaiman keadaan
saat itu.
- Tokoh dan watak tokoh dikembangkan dengan
berbagai cara dan dengan detail sehingga pembaca merasa memahami bagaimana
watak dari masing-masing tokoh sehingga merasa menjadi bagian dari cerita
tersebut.
- Pilihan kata yang dipakai baku dan terdapat unsur
kebudayaan Indonesia sehingga memiliki keunikan tersendiri ketika
membacanya. Namun, walaupun begitu tidak membuat pembaca bosan ataupun
merasa itu hal yang kuno karena pembawaan dan alur ceritanya menarik.
- Ya benar kalimat-kalimat yang digunakan pengarang
memiliki keunikan dan kekuatan dalam membangun cerita.
- Tokoh yang saya sukai adalah Bujang, karena ia
adalah sosok yang berani, pantang menyerah, kuat, cerdas, serta yakin akan
tujuannya.